Sabtu, 27 Februari 2010

Sekelumit ttg Sir Edmund Hillary

Sabtu, 27 Februari 2010
WELLINGTON, New Zealand – Sir Edmund Hillary, seorang peternak lebah yang tidak terkenal yang telah mendaki puncak Mount Everest yang membuatnya terkenal sebagai seorang petualang terbesar di abad 20, telah meninggal hari Jum’at (11/01/2008) dalam usia 88 tahun. Orang Zelandia Baru yang ceking yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk membantu orang – orang gunung di Nepal yang telah membuatnya terkenal ini lebih memilih dipanggil `Ed’ dan menganggap dirinya sebagai orang biasa dengan kualitas yang biasa saja.
Hillary meninggal di Rumah Sakit Auckland hari Jum’at (11/01/2008) sekitar jam 09.00 waktu setempat atau sekitar jam 03.00 pagi WIB karena serangan jantung, menurut pernyataan dari Badan Keshatan Wilayah Auckland. Meskipun sakit di tahun – tahun terakhir hidupnya, Hillary tetap aktif. Hidupnya penuh ditandai dengan pencapaian – pencapaian besar, petualangan besarnya, penemuannya, kesuka citaan, namun yang paling membuatnya bangga adalah kampanye nya bertahun – tahun untuk membangun sekolah dan klinik kesehatan di Nepal, kampung halaman Tenzing Norgay, pemandu gunung yang mencapai puncak Everest bersamanya pada 29 Mei 1953.
Begitu rendah hatinya beliau sampai beliau baru mengakui jika dia adalah orang yang pertama yang berdiri di puncak Everest jauh setelah sahabatnya Tenzing Norgay meningal dunia. Itupun tanpa menghilangkan peran Tenzing Norgay sebagai orang yang memegang tali pengamannya. Beliau menulis langkah finalnya bersama Tenzing Norgay menjejakkan kaki di puncak Everest sebagai berikut : “Beberapa langkah kaki kami yang letih dan tak ada apa – apa di atas kami selain langit. Tak ada hiasan – hiasan palsu, tak ada puncak yang terakhir. Kami berdiri bersama di puncak. Di sana ada cukup ruang untuk 6 orang . Kami sudah menaklukkan Everest…”
“Kekaguman, keajaiban, kerendahan hati, kebanggaan, keagungan – ini semua adalah emosi yang campur aduk dari manusia pertama yang berdiri di puncak yang tertinggi di bumi, setelah begitu banyak yang lain telah gagal”, kata Hillary.
“Namun reaksi saya yang dominan kelegaan dan terkejut. Lega sebab penderitaan panjang telah berakhir dan sesuatu yang dulunya tidak dapat dicapai manusia, sekarang sudah bisa dicapai. Dan terkejut karena ini semua ini terjadi pada saya, Ed Hillary, seorang peternak lebah, seorang juara di sekolah wilayah Tuakau, namun tak lulus Auckland Grammar (SMU) dan tidak punya pernah kuliah di perguruan tinggi, sekarang telah mencapai puncak Everest. Saya tak sanggup mempercayainya.”
Beliau mengatakan : “Saya lepas masker oksigen saya untuk mengambil beberapa gambar. Tidak cukup hanya sampai di puncak saja. Kami harus kembali dengan membawa bukti. Limabelas menit kemudian kami memulai perjalanan turun. Filosofi hidupnya sangat sederhana : “Petualangan bisa dilakukan oleh orang biasa, seperti saya memandang diri saya,” ucapnya dalam sebuah wawancara di tahun 1975 setelah menulis autobiography-nya, “Tanpa petualangan, Tak ada kemenangan”
Namun Perdana Menteri Selandia Baru, Clark, yang mengumumkan kematiannya, berkata bahwa Hillary adalah orang yang luar biasa. “Sir Ed menggambarkan dirinya seperti orang Selandia Baru kebanyakan dengan kemampuan yang sedang – sedang saja. Pada kenyataannya beliau adalah orang besar. Beliau adalah figure pahlawan yang tidak saja telah menaklukkan Everest namun juga hidup dalam keteguhan tekat, kerendah hatian, dan kedermawanan. … Pendaki Gunung, Petualang dan Dermawan legendaris dari Selandia Baru yang terkenal kebaikannya yang pernah hidup di dunia
Teman – teman dekatnya menggambarkan beliau sebagai sosok yang penuh antusiasme baik terhadap kehidupan maupun petualangan. “Kita semua memiliki impian — namun Ed memiliki impian serta semangat yang luar biasa dan kemudian dia melangkah maju dan mencapainya,” ucap sahabat kentalnyaa Jim Wilson pada tahun 1993.
Hillary merangkumnya dalam ceramahnya untuk anak – anak siswa sekolah ditahun 1998, saat beliau mengatakan bahwa seseorang tidak harus jenius untuk melakukan sesuatu yang terbaik dalam hidupnya.
“Saya pikir kuncinya adalah motivasi. Jika anda benar – benar menginginkan sesuatu, maka dirimu akan berjuang keras untuk mewujudkannya,” beliau katakan sebelum menanam beberapa jenis pohon Oak Himalaya yang langka di halaman sekolah.
Langkah Hillary agak melambat di tahun – tahun terakhirnya
Beliau mengunjungi Himalaya terkahir kali pada bulan April 2007 ketika beliau bersama Elizabeth Hawley (seorang penulis lepas tentang Expedisi Himalaya selama 40 tahun) menemui Tim Expedisi Super Sherpa di Kathmandu. Setahun sebelumnya beliau bersama pejabat –pejabat tinggi Selandia Baru terbang ke Antartika untuk merayakan Ulang Tahun ke-50 `Scott Base’ sebuah stasiun penelitian yang pembangunannya dibantu oleh para petualang pada tahun 1957.
Tidak seperti umumnya pendaki gunung, Hillary berkata bahwa jika saatnya beliau meninggal nanti, beliau tidak memiliki keinginan untuk di kubur di gunung. Beliau menginginkan dikremasi kemudian abunya disebarkan di pelabuhan Waitemata di selatan Auckland dimana beliau menjalani kehidupannya.
“Disebarkan di pesisir, mungkin juga di beberapa pantai yang indah yang ada disekitar tempat kelahiranku. Dengan demikian siklus kehidupanku menjadi lengkap,” ucapnya.
Upacara penguburan belum diumumkan. Ucapan bela sungkawa terus mengalir.
“Nama Sir Edmund adalah sinonim dengan kepetualangannya, pencapaiannya, impiannya dan kemudian beliau merealisasikan semua impiannya itu,” kata Pejabat Perdana Menteri Australia Julia Gillard
“Beliau adalah pahlawan dan pemimpin bagi kami. Beliau telah melakukan banyak karya untuk orang – orang di sekitar Everest dan akan selalu tinggal di dalam hati sanubari kami.” He was a hero and a leader for us. He had done a lot for the people of Everest region and will always remain in our hearts,” ujar Bhoomi Lama dari Asosiasi Pendakian Gunung Nepal di Kathmandu.
Hillary menjadi satu – satunya orang yang tidak berkecimpung di bidang politik di luar Inggris yang mendapat gelar kebangsawanan dari Inggris sebagai anggota Britain’s Order of the Garter yang diberikan oleh Ratu Elizabeth II hanya pada 24 orang Ksatria dan Wanita Terhormat yang hidup di dunia dalam satu kurun waktu.
Dalam bukunya yang ditulis tahun 1999 “View from the Summit,” Hillary akhirnya menghentikan kebungkamannya selama ini tentang siapa sesungguhnya yang mencapai puncak Everest pertama kali, apakah dirinya atau Tenzing Norgay.
“Kami berjalan berdekatan bersama – sama dan Tenzing membawa sisa tali pengaman. Saya melanjutkan memotong jalur langsung ke atas. Kejadian berikutnya, saya sudah berdiri di sebuah tempat yang datar dan terbuka penuh salju dengan pemandangan yang ada hanyalah kekosongan,” tulis Hillary.
“Tenzing bergabung dengan cepat dan kami memandang dengan penuh ketakjuban. Dengan kepuasan yang dalam, kami menyadari bahwa kami sudah berada di puncak dunia.”
Sebelum kematian Norgay pada tahun 1986, Hillary selalu menolak untuk mengkonfirmasi bahwa dirinyalah yang pertama mencapai puncak dengan selalu berkata bahwa dia dan Sherpa-nya mendaki sebagai satu team sampai ke puncak. Hal ini menunjukkan kerendahan hatinya dan komitment-nya pada koleganya.
Belakang hari beliau mengungkapkan keheranannya akan ketertarikan dunia internasional akan prestasinya. “Saya hanya mencoba mengatakan yang sejujurnya, saya benar benar heran mengapa semua orang bisa begitu tertariknya padahal yang saya lakukan hanya mendaki sebuah gunung.”
Hillary tidak pernah melupakan sebuah daerah pegunungan yang membuat dirinya begitu terkenal. Beliau mengunjungi Nepal berulang kali secara konstan dalam kurun waktu 54 tahun. Tanpa dukungan biaya dan tanpa bayaran beliau menghabiskan puluhan tahun waktunya dan menyumbangkan energy dan sumber dayanya dari usahanya sendiri menggalang dana untuk pembangunan Nepal melalalui Yayasan Himalayan Trust yang didirikannya tahun 1962. Dikenal sebagai “burra sahib” — “big man,” (karena tingginya yang 203 sentimeter) oleh orang Nepal, Hillary mendanai dan membantu membangun Rumah Sakit – Rumah Sakit, Klinik – Klinik Kesehatan, lapangan udara – lapangan udara dan sekolah – sekolah.
Beliau menggalang dana untuk pendidikan tinggi bagi keluarga – keluarga Sherpa dan membantu program penghijauan di Negara tersebut. Sekitar 250 ribu dollar Amerika setahun dihasilkan dari dana social untuk proyek – proyek di Nepal.
Seorang konservasionis yang teguh, beliau meminta agar para pendaki gunung internasional membersihkan ribuan ton botol oksigen, container makanan dan sampah pendaki lainnya yang berserakan di area yang disebut “South Col Valley”, sebuah tempat yang menjadi base camp terakhir ke puncak Everest.
Komitmennya terhadap Nepal membuatnya mengunjungi Nepal lebih dari 120 kali. Putranya yang juga petualang, Peter, menggambarkan bahwa pekerjaan kemanusiaan yang dilakukan ayahnya sebagai sebuah “Tugas” untuk mereka yang telah membantunya di masa lalu.
Dalam salah satu kunjungannya ke Nepal istri pertamanya, Louise, 43th, dan putrinya yang berumur 16 tahun, Belinda, tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat ringan pada tanggal 31 Maret 1975. Hillary menikah lagi tahun 1990 dengan June Mulgrew, yang sebelumnya adalah istri dari seorang mitra petualangan dan sahabat dekatnya Peter Mulgrew, yang tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat di antartika. Hillary yang juga dalam pesawat naas itu selamat bersama istri dan anak – anaknya Peter dan Sarah.
Sebagai penulis dan lector di usia 40 tahun dia menghentikan usaha peternakan lebahnya “Karena saya terlalu sibuk”, katanya. Sepanjang waktu itu beliau berkeliling , mengajar dan menggalang dana untuk yayasan Himalayan Trust di Amerika dan Eropa selama 3 bulan dalam sekali perjalanan, berbicara di lebih dari 100 tempat selama perjalanannya.
Beliau dikenal sebagai orang yang siap menghadapi resiko untuk meraih impiannya, namun selalu memiliki control yang baik sehingga tak ada seorang pun yang tewas dalam setiap expedisi yang dipimpinnya. Beliau juga beberapakali mengeluarkan statement controversial. Beliau memprotes pemerintah dengan mengatakan ,”Kurangnya moral jujur kepada Tuhan dalam politik di Selandia Baru” pada tahun 1960, dan beliau menolak mencabut perkataannya ketika Perdana Menteri waktu itu meminta beliau menarik kembali ucapannya. Rakyat Selandia Baru mendukung integritasnya.
Beliau mendapat kritikan pedas atas apa yang disebutnya sebagai “Dash to The Pole” di tahun 1957 – 58 saat beliau mengendarai sebuah Tractor Pertanian yang dimodifikasi menembus Antartika saat bergabung dengan expedisi gabungan Inggris dan Selandia Baru. Hillary mengabaikan instruksi dan larangan dari orang – orang Inggris yang memimpin ekspedisi dan memacu traktornya bersama team traktor yang dipimpinnya melintasi daerah yang disebut sebagai “Untraversed Shelton Glacier”, dan beliau membuka rute baru ke dataran tinggi Kutub Selatan.
Di tahun 2006 beliau menanggapi perselisihan mengenai meninggalnya seorang pendaki Everest, David Sharp, dengan mengatakan bahwa betapa mengerikannya jika seorang pendaki dapat dengan tega mengabaikan seorang manusia yang sedang sekarat setelah expedisi dan meninggalkannya sampai meninggal di lereng yang tinggi. Hillary mengatakan bahwa beliau akan membatalkan pendakiannya perintis nya di tahun 1953 jika harus menyelamatkan seorang pendaki.
“Sungguh suatu yang salah jika ada seseorang yang sedang menderita karena penyakit ketinggian lalu kita membawanya berlindung ke balik batu hanya untuk sekedar mengangkat topi dan mengucapkan selamat pagi dan lalu berlalu meninggalkannya. Nyawa manusia jauh lebih penting daripada sekedar mencapai puncak sebuah gunung”.
Ditunjuk sebagai Duta Besar Selandia Baru untuk India di pertengahan 1980-an, Hillary menjadi pusat perhatian di setiap pesta cocktail. Belakang hari beliau merasa pekerjaannya sebagai Duta Besar sudah selesai. Beliau memperkenalkan Jetboat pada penduduk di sekitar sungai Ganga. Sepuluh tahun sebelumnya pada tahun 1977 dalam Expedisinya “Ocean to the Sky” beliau mengarungi sungai Ganga dengan Jetboat sejauh 130 mil (+ 240 km) dengan upayanya sendiri. Segmen terakhir dilakoninya dengan berjalan kaki dan mendaki 2 puncak gunung dekat Badranath, dimana mata air sungai Ganga berada. Beliau selalu mencari petualangan di mana pun tempatnya takpeduli jauhnya seperti juga yang beliau lakukan di Antartika maupun Arktik.
Hillary tidak menempatkan dirinya dalam jajaran Pendaki _ Pendaki Gunung top dunia. “Saya tidak menganggap diri saya sebagai seorang pendaki yang hebat. Saya hanya memiliki dorongan yang kuat saja. Saya memiliki banyak antusiasme dan saya sukup baik beradaptasi dengan es,”katanya.
Orang Selandia Baru yang pertama muncul dalam lembaran uang, beliau membantu menggalang dana hamper 530.000 dollar Amerika untuk Yayasan Himalayan Trust dengan menandatangani 1.000 lembar lembaran 5 dolaran baru yang di jual dalam lelang amal di tahun 1982. Lembaran – lembaran uang itu langsung habis dibeli oleh para kolektor dari seluruh dunia
Diberi penghargaan oleh PBB sebagai salah seorang dari 500 konservasionis dunia di tahun 1987, beliau juga diberi banyak gelar penghargaan doctoral dari berbagai universitas di penjuru dunia. Salah satu yang cukup terkenal adalah Medali dari Smithsonian Institution’s James Smithson Bicentennial atas pencapaiannya di bidang “Monumental explorations and humanitarian achievements,” diberikan pada tahun 1998.
Sepanjang hidupnya Hillary selalu ingat gunung yang pertama di dakinya, yaitu Mount Tapuaenuku setinggi 9.645 kaki (+ 3.182 meter) – “Tappy” begitu beliau menamainya— yang terletak di Marlborough di Pulau Selatan Selandia Baru. Beliau mendakinya seorang diri selama 3 hari di tahun 1944 saat beliau berada di Kamp Pelatihan bersama Angkatan Udara Selandia Baru selama Perang Dunia II. “Tapuaenuku” dalam bahasa Maori artinya “Langkah menuju pelangi Tuhan”.
“Akhirnya saya mendaki sebuah gunung yang pantas didaki,” katanya kemudian.
Seperti semua pendaki gunung yang baik sebelumnya, Hillary tidak punya pandangan khusus terhadap sebuah pertanyaan klasik :”Mengapa mendaki?”.
“Saya tak dapat memberimu jawaban yang pasti mengapa manusia mendaki gunung – gunung. Kebanyakan alasannya ya karena ingin mendakinya saja”.

0 komentar: